LINKS
ARCHIVE
« April 2024 »
S M T W T F S
1 2 3 4 5 6
7 8 9 10 11 12 13
14 15 16 17 18 19 20
21 22 23 24 25 26 27
28 29 30
You are not logged in. Log in
Saturday, 16 July 2005
HAKIKAT CINTA RASUL
Topic: 8. SIRAH
Pendahuluan

Sudah menjadi kewajiban setiap orang untuk mencintai Rasulullah melebihi dari pada cintanya kepada semua makhluk. Buah cinta itu sangatlah agung dan besar yang akan dapat dipetik di dunia dan akhirat, tetapi dalam kenyataannya banyak kita temui kekeliruan dalam memahami cinta kepada Rasulullah dengan pemahaman yang sangat sempit. Maka penjelasan hakikat cinta Rasul secara jelas dan benar merupakan cara terbaik untuk meluruskan kekeliruan sebagian orang muslim dalam membuktikan kecintaannya kepada Rasul.

Siapakah Rasulullah Saw
Rasulullah SAW adalah Rasul pilihan Allah yang diutuskan kepada ummat manusia untuk membimbing mereka kepada hidayah Allah; berbuat yang ma’ruf dan mencegah kemungkaran serta beriman kepada Allah.
Sebelum kedatangan Rasulullah SAW, manusia berada di ambang kehancuran lantaran kebudayaan yang menyebabkan tertegaknya tamadun ketika itu telah hancur.

“Tamadun adalah umpama suatu pohon rendang yang bayang-bayngnya meliputi seluruh dunia; sekarang ia telah terhoyong hayang, dimakan reput hingga ke akar umbinya. Dan di tengah-tengah kerosakan yang sebegitu meluas lahirlah seorang insan yang bakal menyatukan seluruh alam”
Emotion as the Basic of Civilization; oleh J.H Denison

Ketika kemanusiaan sedang berada dalam kesesakan nafas diambang maut, Allah menjadikan Nabi Muhammad SAW untuk membangkitkannya semula dan mengeluarkannya dari kegelapan kepada cahaya. Firman Allah SWT;

Rasulullah SAW memecah belengu-belengu jahiliyyah dan khurafat dan mengajak manusia kepada pengabdian yang akan membebaskan mereka daripada segala bentuk ikatan lain. Dia mengembalikan kepada mereka kesenangan hidup yang sebenarnya. Firman Allah SWT;

“...yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan kepada mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belengu yang ada pada mereka”

Rasulullah SAW Sebagai Pendidik

Rasulullah SAW didatangkan ketika dunia ini diumpamakan sebuah rumah yang telah dilanda gempa bumi yang dahsyat. Semua yang berada di dalamnya menjadi tunggang langgang, menyebabkan barang-barang berselerakan di sana sini.

Dalam suasana kekusutan ini, manusia lupakan dirinya. Dia sudah hilang harga diri hinggakan dia tidak segan silu lagi bersujud pada pokok, batu dan air-sujud pada segala kejadian alam yang tidak berkuasa. Kebijaksanaan tidak berguna lagi. Fikirannya menjadi terlalu kusut dan aqalnya menjadi terlalu serong hinggakan dia tidak lagi mampu membezakan antara yang baik dan buruk.

Akibatnya kemungkaran dipandang sebagai ma’ruf. Lalu serigala umpamayna ditugaskan menjaga biri-biri, pengkhianat dibenarkan menjadi juru damai. Orang-orang yang besar dan keji hidup aman damai. Kebijaksaaan menipu dianggap sebagai kebijaksaan manakala kebijaksanaan itu sendiri dianggap sebagai kebodohan.Khazanah yang palin berharga iaitu kemanusiaan sendiri telah mengalami kancuran.

Di tengah kepekatan jahiliyyah inilah di utuskan Rasulullah SAW untuk membimbing manusia untuk kembali kepada kemanusiaannya dan menjadi hamba kepada Khaliqnya.

Baginda lalu berdakwah dan mendidik ummat dengan penuh kecintaan dan ketaatan kepada Allah, dengan penuh kasih sayang kepada manusia serta bersabar dan bersifat lemah lembut dengan segala tentangan, siksaan dan halangan.

Selam 13 tahun Baginda di Mekkah, penuh keazaman dan ketabahan hati, ia menjelaskan kepercayaan (keimanan) kepada Allah, Kerasulan dan hari kebangkitan. Baginda membangunkan ummat di atas dasar Aqidah yang benar dan mengembangkan dakwah ke segala penjuru alam. Hinggalah sampai kepada kita hari ini.

Kewajiban Mencintai Nabi Muhammad Saw Diatas Semua Makhluk

Berikut ini ada beberapa hal yang berhubungan dengan kecintaan kita kepada Rasulullah saw.
a. Wajib mencintai Nabi SAW melebihi cintanya kepada diri sendiri.
Imam Bukhari meriwayatkan dari Abdullah bin Hisyam ra. bahwa dia berkata:
Kami pernah bersama Nabi SAW sementara beliau menggandeng tangan Umar bin Khatthab ra, maka Umar berkata kepada beliau: Wahai Rasulullah, sesungguhnya engkau lebih aku cintai dari segala sesuatu kecuali diriku. Maka Nabi bersabda: Tidak, demi Allah yang jiwaku ada di tangan-Nya! Hingga kamu lebih mencintai aku dari pada dirimu sendiri. Umar berkata kepadanya: Sesungguhnya sekarang engkau lebih aku cintai dari pada diriku sendiri. Nabi bersabda:
“Sekarang wahai Umar.”

(H.R Bukhari)
b. Wajib mencintai Nabi melebihi cintanya kepada orang tua dan anak.

Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda:
Demi dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, tidaklah di antara kalian beriman sehingga aku lebih dicintai dari pada orang tua dan anaknya.

(H.R Bukhari)
c. Wajib mencintai Nabi e melebihi cintanya kepada keluarga, harta dan seluruh manusia.

Imam Muslim meriwayatkan dari Anas ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda:Tidaklah seorang hamba beriman sehingga aku lebih dicintai kepadanya dari pada keluarganya, hartanya dan seluruh manusia.
(H.R Bukhari)

Firman Allah

Katakanlah: "jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatir kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul- Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusannya". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik. (At Taubah 24).

Imam Al Hafidz Ibnu Katsir berkata dalam menafsirkan ayat di atas: Apabila semua perkara dan urusan di atas lebih kalian cintai daripada Allah dan Rasul-Nya serta berjihad di jalan Allah maka tunggulah datangnya bencana dan adzab dari Allah yang akan menimpa kalian.(Mukhtashar Ibnu katsir-Syekh Nasib Ar Rifa'I)

Buah Cinta Nabi

Bagi yang mencintai Rasulullah e akan mendapatkan hasilnya baik didunia maupun diakhirat,di antaranya adalah ;
1. Cinta kepada Nabi boleh mendatangkan manisnya iman.

Imam Bukhari dan Muslim telah meriwayatkan dari Anas ra. bahwa Nabi bersabda:
Tiga perkara, barangsiapa yang berada di dalamnya maka ia akan mendapatkan manisnya iman; bahwa Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai daripada selainnya , bahwa ia mencintai seseorang dan tidak mencintai kecuali hanya karena Allah, dan ia benci kembali kepada kekafiran seperti kebencian dia bila dilemparkan ke dalam api.
(Muttafaqun alaih)

Arti manisnya iman sebagaimana yang disebutkan oleh para ulama adalah merasakan lazatnya segala ketaatan dan siap menderita karena agama serta mengutamakan itu dari pada seluruh materi dunia.
(Fathul Bari 1/61)

2. Orang yang mencintai Nabi SAW akan tinggal bersamanya di akhirat.

Telah diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Anas bin Malik ra bahwa ia berkata:
Pernah seorang laki-laki datang kepada Rasulullah lalu bertanya: Wahai Rasulullah kapan hari kiamat datang? Beliau bersabda: Apa yang kamu persiapkan untuknya? Ia menjawab: cinta kepada Allah dan cinta kepada Rasul-Nya. Beliau bersabda: Engkau akan bersama orang yang kamu cintai. Anas berkata: Kami tidak bergembira setelah masuk Islam lebih daripada mendengar sabda beliau: Sesungguhnya kamu bersama orang yang kamu cintai.
Anas ra.berkata: Saya mencintai Allah, Rasul-Nya, Abu Bakar dan Umar dengan harapan saya dapat berkumpul bersama mereka walaupun saya tidak beramal seperti mereka.

Tanda-Tanda Orang Yang Mencintai Nabi

Diantara tanda-tanda mencintai Nabi adalah yang dinyatakan Al Qadhi 'Iyadh: Termasuk tanda mencintai Nabi adalah membela sunnahnya dan menegakkan syariatnya serta ingin bertemu dengannya. Maka untuk mewujudkannya ia akan mengerahkan jiwa dan harta kekayaannya.
(Syarkh Sahih Muslim -Nawawi)

Ibnu Hajar berkata: Termasuk tanda cinta kepada Nabi di atas adalah bahwa seandainya disuruh memilih di antara kehilangan dunia atau Rasulullah SAW kalau itu memungkinkan, maka ia lebih memilih kehilangan dunia daripada kehilangan kesempatan untuk melihat beliau, ia merasa lebih berat kehilangan Rasul daripada kehilangan kenikmatan dunia, maka orang yang seperti itu telah mendapat sifat kecintaan di atas dan siapa yang tidak bisa demikian maka tidak berhak mendapat bagian dari buah cinta itu. Yang demikian itu tidak hanya terbatas pada persoalan cinta belaka, bahkan membela sunnah dan menegakkan syariat serta melawan para penentang-penentangnya termasuk amar ma'ruf dan nahi mungkar.
(Fathul Bari)

Posted by koleksi05 at 11:12 PM
Updated: Saturday, 16 July 2005 11:17 PM
Post Comment | Permalink
Saturday, 9 July 2005
USAHA-USAHA RASULULLAH S.A.W. MENYAMPAIKAN KEBENARAN
Topic: 8. SIRAH
Di peringkat awal usaha-usaha Rasulullah S.A.W. menyampaikan kebenaran, baginda telah melakukan atau melalui jalan-jalan yang selamat (Tariq as-Salim). Iaitu baginda tidak melakukan secara kekerasan untuk untuk menyampaikan ad-Din dengan sepenuhnya kepada masyarakat ketika itu, ketika di Makkah. Walaupun begitu terdapat masyarakat kuffar telah menggunakan berbagai jalan untuk mematahkan perjuangan Rasulullah S.A.W. itu. Mereka melakukan apa sahaja yang terlintas pada ingatan mereka.

Dalam keadaan penentangan yang begitu hebat, Rasulullah S.A.W. tetap tidak tunduk kepada mereka, tetapi Rasulullah S.A.W. tetap meneruskan usaha dalam menyampaikan kebenaran. Dalam usaha-usaha ini Rasulullah S.A.W. terus berhubungan dengan individu, baginda berhubungan dengan qabilah-qabilah mengenalkan diri kepada mereka. Rasulullah S.A.W. pergi kepada orang ramai yang sedang berkumpul untuk menyampaikan kebenaran. Rasulullah S.A.W. utuskan utusan-utusan dan menjemput wakil-walkil, yang kemudiannya wakil-wakil tersebut pulang sebagai mubaligh-mubaligh, kemudian Rasulullah S.A.W. hantar surat-surat kepada raja-raja, ketua-ketua pemerintah untuk mengajak mereka kepada Allah S.W.T..

Seterusnya Rasulullah S.A.W. taklifkan (mewajibkan kepada sahabat-sahabat supaya belajar tentang Islam dan faham betul akan apa yang dipelajarinya itu dan disuruh mengajar pula. Rasulullah S.A.W. memerintah kepada tentera-tentera agar jangan memerangi orang-orang kafir sebelum diajak kepada kebenaran. Setelah diajak tetapi mereka menolak lalu dikenakan jizyah. Tetapi setelah diajak kemudian mereka menolak dan menentang maka barulah berhak mereka tu diperangi.

Di dalam peperangan tersebut ada batas-batasnya. Kanak-kanak dan orang-orang tua dilarang membunuhnya. Wanita-wanita yang mengangkat senjata juga tidak boleh dibunuh. Begitu juga pokok-pokok dan tanaman-tanaman tidak boleh ditebang dan dimusnahkan. Kemudian setelah faham dan dapat mematuhi kewajipan tersebut barulah orang Islam boleh memikul tanggungjawab untuk mentadbir alam ini. Tiada seorang dapat dikecualikan, semuanya terkena. Dalam hal ini tiada hujah lagi untuk mereka mengatakan bahawa: "Kami tidak tahu tentang Islam tidak menerima seruan Islam" dan sebagainya.

Di samping itu pihak-pihak musuh tidak putus-putus menyekat da'wah Rasulullah S.A.W. dengan berbagai cara kekerasan. Tetapi Rasulullah S.A.W. tetap meneruskan dengan berbagai cara untuk menyampaikan kebenaran tersebut. Setelah kekerasan tidak berjaya mereka mengubah drngan cara yang lain pula. Mereka cuba pula dengan memujuk baginda di mana mereka (masyarakat kuffar) mengutus 'Utbah bin Rabi' datang kepada Rasulullah S.A.W. untuk membuat tawaran kepada baginda sekiranya baginda mahukan kekayaan mereka akan berikan kekayaan, sekiranya baginda mahukan pangkat mereka akan letakkan Rasulullah S.A.W. sebagai ketua asalkan jangan membuat seruan kepada Islam. Seterusnya jika Rasulullah S.A.W. mahukan isteri mereka akan carikan seorang wanita yang cantik.

Rasulullah S.A.W. tetap menolak dan meneruskan da'wah baginda. Kemudian masyarakat kuffar menggunakan pendekatan melalui penyiksaan keluarga sehingga ramai anak-anak dan isteri-isteri para sahabat yang disiksa. Namun tetap bersabar dan meneruskan da'wah mereka. Kemudian mereka mencari jalan lain pula. Mereka cuba menyekat usaha-usaha Rasulullah S.A.W. dengan usaha atau dengan cara mnegjek, mencaci memfitnah, menuduh gila, sihir dan sebagainya. Tetapi baginda tetap meneruskan usaha-usaha kebenaran baginda.

Seterusnya mereka menggunakan jalan menyekat jalan-jalan perdagangan kepada saudagar-saudagar agar jangan sampai kepada Rasulullah S.A.W. dan sahabat-sahabat. Keadaan ini berlaku selama tiga tahun kepada Bani Hasyim, sehingga ada cerita di mana pada suatu hari terdapat seorang sahabat, ia pergi membuang air kecil, bila sampai kepada suatu tempat ia ternampak suatu benda keras iaitu kulit unta atau kaldai yang kering, lalu diambilnya dan dibawa pulang, kemudian direndam dan diminum airnya selama tiga hari. Begitulah penderitaan yang dialami oleh Rasulullah S.A.W. dan para sahabat baginda r.a. ketika penyekatan barangan dagangan kepada Bani Hasyim. Usaha itu tidak juga berkesan terhadap usaha Rasulullah S.A.W. untuk menyampaikan kebenaran.

Akhirnya mereka membuat keputusan untuk memburu Rasulullah S.A.W. dan membunuh baginda. Dalam keadaan yang seperti ini tidak ramai yang ingin ikut Rasulullah S.A.W. tetapi yang menentangnya adalah lebih ramai. Rasulullah S.A.W. terus bersabar dan menahan penderitaan dan penyiksaan hinggalah diperintahkan oleh Allah S.W.T. agar keluar dai Kota Makkah berhijrah menuju Madinah.


Cara Rasulullah S.A.W. Menahan Penderitaan dan Penyekatan Kuffar.


Banyak hadith-hadith yang menceritakan cara mereka menerima seruan da'wah Rasulullah S.A.W.. Rasulullah S.A.W. telah menerima tentangan-tentangan hebat dan berbagai cara. Tetapi baginda menghadapinya dengan sabar dan tetap meneruskan seruannya.

Setelah mereka ketahui bahawa penentang dengan cara kekerasan tidak dapat mematahkan usaha-usaha Rasulullah S.A.W., mereka bertidak secara lembut pula. Dimana mereka kan memberikan kepada Rasulullah S.A.W. kekayaan, pangkat, wanita dan sebagainya. Jiak Rasulullah S.A.W. mengidap penyakit dan susah hendak sembuh maka mereka akan berusaha mengubati untuk menyembuhkannya. Tetapi Rasulullah S.A.W. tetap menolaknya dengan mnegtakan bahawa: "Aku bukan begitu. Aku datang bukan untuk meminta harta dan pangkat dari kaju atau datang meminta kuasa dari kamu. Tetapi aku adalah diutuskan oleh Allah S.W.T. untuk membawa berita gembira dan peringatan . Aku menyampaikan risalah yang diamanahkan kepadaku. Jika kamu menrimanya itu adalah habuan kamu di dunia dan di akhirat. Jika kamu menolak, aku bersabar dan teruskan perjuangan, hingga ditentukan bagaimana keputusan-keputusannya.

Kemudian mereka berkata: "Wahai Muhammad jika kamu tidak mahu menerima apa yang dibentang ini, di mana kamu ketahui di negeri yang serba kekurangan ini serta sempit dan begitu sedikit air sekarang engkau cuba agar dihamburkan segala kesenangan dan cuba engkau hidupkan semua nenek moyang yang telah mati. Kemudian kami akan tanyakan kepada mereka tentang apa yang engkau bawa. Jika mereka kata bahawa yang engkau bawa itu benar maka kami akan ikuti. Tetapi Rasulullah S.A.W. tetap juga menjawab seperti yang pertama tadi: "Aku tidak akan berbuat demikian, bukan semacam ini aku diutuskan keoada kamu untuk membawa berita gembira dan peringatan, jika kamu terima itu adalah habuan kamu di dunia dan di akhirat. Jika kamu tidak terima aku tetap bersabar dan teruskan perjuangannya sehinggalah ditentukan bagaimana keputusannya.

Jelasnya, apa yang mereka tanya, Rasulullah S.A.W. tetap dengan pendiriannya. Rasulullah S.A.W. tetap bersabar dan tidak bertindak liar dan kasar terhadap mereka. Mereka terus berkata lagi kepada Rasulullah S.A.W.: "Demi kami tidak akan membiarkan kamu, demi untuk menjaga agama dan adat nenek moyang kami, samada kami membinasakan kamu atau kamu membinasakan kami." Setelah mendengar kata-kata yang begitu maka Rasulullah S.A.W. pun bangun untuk pergi dari situ. kemudian diikuti oleh Umayyah Bin Abdullah dengan tujuan untuk memujuk Rasulullah S.A.W. katanya: "Mereka bercakap baik dengan kamu, kamu layanlah kereka." Tetapi Rasulullah S.A.W. tetap menjawab: "Tidak, tidak!. Aku bukanlah begitu, apa yang aku bawa ini adalah berita gembira dan peringatan. Jika mereka terima itu adalah habuan mereka di dunia dan dia akhirat. Jika mereka tidak terima aku tetap bersabar dengan perintah."

Setelah tidak berjaya Rasulullah S.A.W. pun cuba mengarahkan perjalanan ke Thaif, iaitu setelah Khadijah dan Abi Talib wafat. Sebenarnya kedatangan Rasulullah S.A.W. ke Thaif adalah perancangan 'Utbah bin Rabi'ah. 'Utbah telah menunggu Rasulullah S.A.W. di Thaif dengan mengumpul kanak-kanak bodoh dan membuat dua barisan agar apabila Rasulullah S.A.W. lalu dekat situ disuruhnya melemparkan batu kepada kaki baginda hingga berdarah kaki Rasulullah S.A.W. tersebut

Posted by koleksi05 at 9:38 AM
Post Comment | Permalink
MENGAMBIL DIDIKAN DARIPADA SUNNAH DAN SIRAH
Topic: 8. SIRAH
Kita tidak bermaksud untuk menceritakan sejarah Rasulullah s.a.w sejak hari lahir baginda hingga kewafatan baginda. Cuma kita hendak mengetahui bagaimana caranya kita hendak mengambil didikan dari perjalanan hidup Rasulullah s.a.w bersama Madrasah baginda.

Persoalan yang besar yang kita hadapi ialah persoalan amali (praktik) nya segala ajaran yang dibawa oleh Rasulullah s.a.w di dalam seluruh bidang kehidupan kita.

Fikrah Islam atau ajaran Islam telah terdapat di dalam al Quran al Karim dan as Sunnah an Nabawiyyah serta sirah Rasulullah s.a.w. Ajaran tersebut tidak membawa ertinya sekiranya tidak dijelmakan dalam amalan seseorang, prinsip-prinsip sahaja tidak hidup melainkan diterapkan di dalam amalan hidup ini. Kerana itu kita dapati dalam sirah Rasulullah s.a.w, baginda meletakkan haluan utama baginda dalam membentuk rijal (para pendokong) Islam dan tidak semata-mata berkhutbah . Baginda mendidik Jamaah Sahabah. Baginda membina ummah bukan membangunkan falsafah. Baginda berjaya dalam mendidik, sehingga Generasi Sahabat itu lahir dalam bentuk amali (praktik) hidup. Generasi yang telah terdidik itulah yang dikeluarkan ke tengah masyarakat manusia yang menghuraikan dengan amalan (perbuatan) mereka Islam yang sebenarnya.

Islam tidak hanya mengemukakan teori semata-mata dalam membentuk keperibadian Muslim tetapi ia membawa mereka ke jalan yang praktik (amali). Rasulullah s.a.w tidak semata-mata mendidik atau mengasuh para sahabat baginda di rumah Arqam bin Abi Al Arqam, tetapi baginda membawa jamaah sahabat itu keluar bersama-sama baginda mencabar segala fikiran dan kepercayaan masyarakat ketika itu. Akhirnya mereka menghadapi tentangan hebat ari masyarakat yang mengamalkan cara hidup Jahiliyyah.

Tujuan utama, yang pertama dan terakhir mereka ialah untuk memberitahu masyarakat umum bahawa pengabdian diri hanya kepada Allah s.w.t semata-mata, tunduk dan patuh kepada kekuasaan dan pemerintahan Nya sahaja. Dunia ini menjadi kerdil pada pandangan mereka. Mereka tidak terpedaya dengan keindahan dan kemewahan dunia. Hinggakan pihak musuh menganggap bahawa mereka adalah satu kaum yang lebih cintakan mati daripada hidup dan lebih suka kepada sifat merendah diri daripada angkuh dan sombong. Mereka tidak tamak kepada kemewahan duniawi.

Sebagai contohnya, telah disebut di dalam sirah bahawa Mus’ab bin ‘Umair adalah anak tunggal kepada ibunya yang mempunyai kekayaan dan kedudukan tinggi. Setiap anak gadis berangan-angan hendak menjadi isteri atau sebagai teman hidup beliau. Setelah Mus’ab memeluk Islam, ibunya telah mengugut untuk mengharamkan beliau dari mengambil harta kekayaannya, tetapi ugutan itu tidak dihiraukan. Kemudian ibunya bersumpah untuk tidak menjamah segala makanan selagi Mus’ab tidak meninggalkan ajaran Islam yang telah menjadi anutannya. Namun keImanan dan keazaman Mus’ab kian bertambah kuat seraya berkata kepada ibunya : “ Demi Allah Wahai ibuku, sekiranya ibu mempunyai seratus nyawa yang keluar daripada ibu satu demi satu, aku tetap tidak akan meninggalkan ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad s.a.w.“

Sirah Hijrah Rasulullah s.a.w ke Madinah al Munawwarah adalah satu lagi siri dari siri pembentukan perwatakan dan keperibadian Muslim secara praktik dalam kehidupan Ummah Islamiyyah. Mereka terpaksa meninggalkan harta benda dan kampung halaman mereka. Kalau difikirkan sepintas lalu sahaja atau dipandang pada zahir semata-mata, bererti akan tergendala segala kerja, rugilah perniagaan dan terpisahlah dari sanak saudara serta keluarga. Namun demikian orang-orang Islam yang menyahut seruan Hijrah itu telah sanggup mengorbankan segala kepentingan dan harta benda yang disayangi demi mengikut Rasulullah s.a.w dan demi menunaikan perintah Allah s.w.t.

Diriwayatkan di dalam sirah bahawa Suhaib ar Rumi ketika di dalam perjalanan ke Madinah, telah disekat oleh beberapa orang kafir Quraisy. Mereka berkata kepadanya : Sesungguhnya engkau dahulu telah datang kepada kami (ke Makkah) selaku seorang yang miskin. Kemudian harta kamu bertambah di tempat kami ini sehingga engkau menjadi kaya raya kini. Kemudian engkau hendak membawa bersama-sama hartamu pergi dari sini. Demi sesungguhnya ini tidak boleh. Maka ditanya oleh Suhaib : Apa kata jika aku pulangkan harta bendaku ini kepada kamu semua, Adakah kamu membenarkan aku pergi ?. Jawab mereka : Ya. Maka kata Suhaib : Sekarang ambillah harta bendaku ini untuk kamu. Apabila berita peristiwa ini telah sampai ke pengetahuan Rasulullah s.a.w, maka baginda bersabda yang bermaksud : Telah beruntunglah Suhaib, telah beruntunglah Suhaib.

Peristiwa-peristiwa tersebut adalah menggambarkan kepada kita satu Tarbiyyah ‘Amaliyyah (didikan yang praktis) yang lahir daripada didikan di Madrasah Rasulullah s.a.w.

Bagi melahirkan natijah-natijah amali Islam tersebut maka perlu kepada satu keyakinan (keImanan) yang mendalam terhadap Rasulullah s.a.w dan apa yang dibawa oleh baginda (disamping keImanan kepada Allah s.w.t). Ucapan dua kalimah syahadah itu tidak semata-mata pengakuan dibibir sahaja. Bahkan mesti lahir daripada hati yang yakin dan sedar. Sebenarnya ucapan dua kalimah syahadah itu adalah Bai’ah (janji setia kita bahawa) Tiada Ilah yang disembah melainkan Allah s.w.t dan Nabi Muhammad s.a.w itu adalah pesuruh Allah s.w.t.

Perlu ada keyakinan bahawa Allah s.w.t adalah Pencipta alam, Penggubal undang-undang, peraturan-peraturan, syar’iat. SistemNya sahaja yang perlu dipatuhi dan kepadaNya sahaja perlu diperhambakan. Perlu meyakini bahawa Nabi Muhammad s.a.w itu adalah diutuskan oleh Allah s.w.t bagi melaksanakan perintah-perintah Nya, memimpin seluruh manusia ini menurut arahan-arahan Allah s.w.t. Perjalanan hidup Rasulullah s.a.w itu menjadi contoh yang baik serta model utama bagi seluruh alam ini, pimpinan dan sistem yang dibawa oleh Rasulullah s.a.w itu bukan rekaan menurut hawa nafsu tetapi mendapat pertunjuk Allah s.w.t. Firman Allah s.w.t :-

“ dan tiadalah yang diucapkan itu (al Quran) menurut kemahuan hawa nafsunya. Ucapan itu tidak lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya) “
(Surah an Najm : 3-4)

Banyak ayat-ayat al Quran al Karim yang memerintahkan kita dan para Mu’minin agar mematuhi dan mentaati Rasulullah s.a.w , sebagai natijah daripada ikrar ketaatan kita kepada baginda. Antara firman-firman Allah s.w.t :-

“ Katakanlah : Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, nescaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. “
(Surah ali ‘Imran : 31)

“ Barangsiapa yuang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak m engutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka. “
(Surah an Nisaa’ : 80)

“Apa sahaja harta rampasan (fa-I) yang diberikan Allah kepada Rasul Nya yang berasas dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya sahaja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman Nya.“
(Surah al Hasyr : 7)

Setiap Mu’min diwajibkan mencintai Rasulullah s.a.w sehingga baginda pernah bersabda ;-
Bermaksud : “Tidak sempurna Iman seseorang kamu sehingga ia menjadikan aku lebih dicintai dari dirinya, anaknya, hartanya dan manusia seluruhnya“
Menurut hadith ini ternyata bahawa cinta yang sebenarnya terletak kepada keikhlasan mematuhi apa yang disukai oleh Rasulullah s.a.w dan mematuhi apa yang tidak disukai oleh baginda.

Begitu juga kita, orang Mu’min , diwajibkan menghormati Rasulullah s.a.w seperti yang diisyaratkan olah Allah s.w.t di dalam al Quran al Karim :

“ Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul di antara kamu seperti panggilan sebahagian kamu kepada sebahagian (yang lain). Sesungguhnya Allah telah mengetahui orang-orang yang beransur-ansur pergi di antara kamu dengan berlindung (kepada kawannya), maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cubaan atau ditimpa azab yang pedih. “
(Surah an Nuur : 63)

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul Nya dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu lebih dari suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebahagian kamu terhadap sebahagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu sedangkan kamu tidak menyedari. Sesungguhnya orang-orang yang merendahkan suaranya di sisi Rasulullah , mereka itulah orang-orang yang telah diuji hati mereka oleh Allah untuk bertaqwa. Bagi mereka ampunan dan pahala yang besar.“
(Surah al Hujuraat : 1-3)

Menghormati Rasulullah s.a.w bukan sahaja semasa ada hayat baginda, bahkan selepas wafat baginda juga kita mesti bersopan dengan Rasulullah s.a.w. Kerana itu dikala mana kita membaca atau mendengar hadith-hadith Rasulullah s.a.w, kita wajib meyakini hadith atau sunnah tersebut. Kita dikehendaki mendengar dengan cara bersungguh-sungguh, penuh perhatian, penuh kefahaman serta bersedia untuk mengamalkan dan melaksanakannya sepertimana arahan-arahan yang telah disampaikan oleh Rasulullah s.a.w sendiri.

Hendaklah kita menyedari bahawa al Quran al Karim dan as Sunnah Rasulullah s.a.w itu mempunyai peranan untuk mengawal, menjaga, memelihara fitrah, kesucian manusia ciptaan Allah s.w.t. Oleh itu kita wajib membimbing dan mendidik fitrah kita supaya tetap dalam keadaan suci dan bersih (Fitrah Salimah). Caranya ialah dididik dan disirami dengan ajaran al Quran al Karim dan dibajai dengan as Sunnah an Nabawiyyah Rasulullah s.a.w. Firman Allah s.w.t :-

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (iaitu) bagi orang yang mengharapkan (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.“
(Surah al Ahzab : 21)

Posted by koleksi05 at 9:07 AM
Post Comment | Permalink

Newer | Latest | Older